Inyong(saya) mau bercerita tentang kenangan kecil dimana masa kanak-kanak sampai usia remaja tinggal di rumah Kakek dari pihak ibu.Sementara Kedua Orang Tua merantau ke kota bersama adik mencari peruntungan.Bisa bertemu pas liburan sekolah,Hari Raya Lebaran karena pulang mudik ngumpul keluarga.
Biarpun rumah Kakek di kota kecil bukan berarti terpencil dari keramaian.Jalan utama tempat tinggal merupakan jalur Jakarta-Surabaya lintas selatan.Tiap hari ramai kendaraan,apalagi jelang lebaran banyak pemudik pulang kampung baik pakai kendaraan pribadi maupun Bus Malam.
Tapi Inyong tidak akan menceritakan keadaan tempat tinggal,juga suasana lebaran melainkan Jajanan Ringan berbahan Singkong(budin) berbentuk angka nol (0).Mengapa teringat makanan sederhana yang mulai langka ini...?Karena kalau makan ENGGENG berarti Inyong lagi gembira bersama teman sekampung nonton hiburan gratis.
Enggeng boleh jadi makanan khas daerah yang keberadaanya agak misterius.Bagaimana tidak...?Untuk mendapatkannya sedikit susah,soalnya kemunculannya saat tertentu saja seperti ada pertunjukanWayang Kulit,Lanyar Tancap, Pasar Malam.Diluar itu jarang di temui
Enggeng sebelum di goreng dalam kranjang(bakul).
Engggeng mateng dalan rentengan tali bambu.
Bulan banyak mengadakan Hajatan pernikahan maupun sunatan di mana pertunjukan Wayang Kulit sering di adakan.Biarpun tempatnya berbeda-beda Inyong bersama teman jauh hari sudah ancang-ancang nonton bareng.Tak peduli jaraknya lumayan pasti akan di kunjungi asalkan esoknya hari libur.
Biasanya berangkat 4-6 sesama teman kampung.Habis Isya janjian ngumpul di rumah,kebetulan rumah Kakek halamannya luas juga ada terasnya teman-teman paling senang di jadikan pos sebelum berangkat.
Hiburan gratis pada masa itu merupakan barang mewah.Belum tentu sebulan 2 bulan ada acara Wayang Kulit.Maka tak heran biarpun tempatnya jauh di tetangga desa penonton dari berbagai tempat akan datang ramai-ramai.
Dan pada setiap ada pertunjukan Wayang Kulit inilah penjual Enggeng sedalu hadir.Maka dapat di katakan Penjual Enggeng dan pertunjukan Wayang Kulit ibarat pasangan serasi,selalu hadir bersamaan.Dan anehnya seringnya penjualnya sama walaupun tempatnya berbeda-beda.Mungkin punya telinga banyak...?Tahu informasi kapan ada pertunjukan Wayang.Maka tak salah Penjual Enggeng sebagai sumber utama kalau mau tahu tempat ada tanggapan selanjutnya.
Penjual Engggeng akan datang lebih awal,sore hari sudah mempersiapkan tempat yang srategis.Jalan yang paling ramai di lalui penonton.Tapi umumnya para pedagang akan ngumpul pada satu titik,sehingga gampang dilihat penonton.
Cara menggorengnya masih tradisional menggunakan tungku dengan kayu bakar sebagai sumber apinya.Tempat Enggeng mentah bakul ukuran sedang yang di atasnya tampah untuk yang sudah mateng.
Pada waktu itu jajanan populer di pertunjukan Wayang Kulit Bakso,Soto,Gorengan,kacang dan Enggeng.Karena jajanan lain mudah didapat setiap harinya Enggeng jadi makanan paling laris.Digoreng setengah mateng makannya selagi anget,pas buat cemilan sambil menunggu di mulai pertunjukan Wayang Kulit.Cara menjualnya bukan bijian,melainkan pergandeng 10 biji di ikat tali bambu.
Bagitulah kenangan masa kecil dimana Enggeng jadi jajanan favorit tiap ada hiburan Wayang Kulit.Sayang jaman telah berubah hiburan malam sudah jarang di adakan.Begitu pula macam jajanan baru muncul sehingga keberadaan Enggeng makin sulit dicari.
Dan belum lama Inyong ngobrol lewat WA dengan teman kecil yang masih tinggal di kampung.Ketika tanya Enggeng,menurut ceritanya masih bisa di dapat.Tiap malam ada yang jualan di sekitar alun-alun.
Sayang Rumah Kakek sudah berpindah tangan,tak ada lagi saudara dekat tinggal lagi.Tapi mungkin kalau rindu banget sama Enggeng bisa mampir kerumah teman apa minta di kirimi mentahnya di goreng sendiri.Menurut penjualnya yang mentah bisa bertahan sampai 2 hari.