Sejak di mulainya pedagang bawah jembatan Janti pada awal tahun 2000 an banyak yang menggantungkan hidupnya dari jualan makanan.Baik pagi,siang,malam dua sisi jalan sepanjang kurang lebih 500 meter meter memang tak pernah sepi dari aktifitas masyarakat setempat.Dan menurut pengamatan banyak dari mereka bisa bertahan lebih sepuluh tahun,menandakan usaha mereka dapat di jadikan sandaran hidup sehari-harinya.
Bawah Jembatan Janti memang terbagi dua sisi utara dan selatan yang batasi rel kereta api dengan palang pintunya.Tiap hari lalu lintasnya selalu ramai di lalui pelajar,pegawai masyarakakat jogja sekitarnya.Sementara orang luar mau ke Solo atau sebaliknya lebih memilih jalan atas lebih cepat dan lancar.
Sayang usaha pedagang yang sudah mulai mapan mencari nafkah harus terganggu.Bukan ada larangan jualan tapi akibat penututapan Jalan.Semenjak awal bulan November 2017 Pintu Rel Kereta Api yang menghubungkan utara dan selatan di tutup oleh pihak PJKA.
Dan bisa di tebak jalan tadinya ramainya tidak bisa dilewati lagi.Masyarakat yang biasa menggunakan sehari-hari harus mencari alternatif lain atau naik jalan atas.Bukan saja menyusahkan para pengendara dampaknya terasa bagi para pedagang di bawah jembatan layang Janti.Sekarang pedagang hanya menggantungkan pembeli langganan sekitarnya.Bagi yang tinggal sebelah utara atau selatan karena akses jalan ditutup otomatis berkurang karena malas harus memutar cukup jauh.
Dan salah satu merasakan dampakya Pak Nengah warga Jomlang yang jualan makanan khas Bali.Seminggu paska penututupan Rel kereta omsetnya turun dratis lebih dari setengahnya.Ketika di tanya bagaimana nasib dagangannya...?PakNengah berharap ada peninjuan jalan di buka lagi.Dan kalau penutupan sudah final ..?Hanya bisa pasrah sambil menunggu perkembangannya saja.Cari tempat yang baru atau alih profesi.
Begitu juga saat ditanyakan temannya Pak Tarno warga Jomblang lainnya pedagang Mie yang biasa jualan malam hari dampaknya lebih terasa lagi.Kalau siang setidaknya masih ada mahasiswa dan keramaian. Seminggu ini pendapatannya sangat minim di banding waktu belum adanya penutupan.Beberapa langganan tinggal di utara rel sudah tidak nongol lagi.Alasannya juga sama malas memutar apalagi malam hari.
pintu Rel hanya bisa buat jalan kaki.
pedagang bawah Jembatan Janti.
Tapi bukan saja keluhan datang dari pedagang yang biasa jualan.Masyarakat sekitar banyak yang mengeluh karena biasanya mau ke utara rel jaraknya sangat dekat,kini harus memutar cukup jauh.Dan warga berharap penutupan ini hanya percobaan sementara dan bisa di buka lagi.Kini pedagang bawah Jembatan Janti yang kena dampaknya langsung seperti pak Nengah,pak Tarno hanya bisa pasrah sambil menungu perkembangan ke depannya saja.