Sabtu, 11 Maret 2017

Malioboro Surga Pejalan Kaki



Siapa yang tak mengenal  Malioboro.Sebuah jalan di jantung Kota Jogja yang membujur dari utara ke selatan sekitar 1 km mulai depan Hotel Garuda sampai perempatan Kantor Pos.Apalagi saat liburan panjang ribuan wisatawan baik lokal maupun luar akan datang lalu lalang di sepanjang Malioboro.

Sejak dulu  namanya sudah melekat di masyarakat khususnya para wisatawan dan menjadi Ikon Kota Jogja.Sekitar tahun 70-80 an Malioboro identik dengan tempat nongkrong seniman.Tiap malam puluhan ngumpul berdiskusi tentang budaya sambil ngopi dan makan cemilan ringan.Bahkan nama-nama besar  seniman Indonesia  menjadikan  inspirasi karyanya baik seniman lukis,penyair,penulis,pencipta lagu dan karya lainnya.

Sering perjalanan waktu Malioboro mengalami banyak perubahan.Banyak gedung baru bercirikan modern seperti Mall,Cafe,Hotel,Departemen Store.Untunglah ciri Malioboro lama masih tampak.Pedagang suvenir,kerajinan,jajanan khas jogja masih menghiasi sepanjang pertokoan Malioboro. Sebagai wisata belanja bahkan ada yang mengatakan"Pergi ke Jogja tanpa mampir ke Malioboro seperti masakan tanpa garam....masih belum lengkap".

Belum lama saya berkesempatan  mengunjungi Malioboro.Mumpung  pulang ke Bantul sekalian nostalgia puluhan tahun lalu saat masih di Jogja dan sering ke sini.Turun di Halte Trans Jogja di depan Hotel Garuda saya kaget dengan wajah barunya.Tak nampak lagi parkiran motor di sisi timur Malioboro tergantikan deretan bangku taman dari kayu. Berjajar rapi saling berhadapan di sisi pinggir sehingga pejalan kaki bebas berjalan di tengahnya.Ada juga kanopi terbuat dari baja ringan buat peneduh di siang hari atau hujan.

Rupanya sisi timur  berubah menjadi jalur pedestrian yang nyaman .Kita bisa jalan  santai yang cukup lebar.Tampak wisatawan maupun warga lokal duduk santai di bangku sambil bercanda atau berfoto ria.Sekarang malioboro menjadi tempat favorit baru warga lokal menikmat suasana kota sore hari.

Kapan Malioboro berubah menjadi pendestarian yang bebas dari parkiran kendaraan.Menurut petugas keamanan yang kebetulan duduk disamping saya pada pertengahan bulan desember 2016.Menurutnya bangku taman akan di pasang sampai sebelum Pasar Beringgarjo.Dan parkiran yang dulu  sekarang di pindahkan ke Jalan Abu Bakar Ali sebelah timur Stasiun Tugu,bekas gedung Bioskop Indra,Parkiran Pasar sore dan Benteng Vredeburg.

Sambil menikmati sore di Malioboro saya membayangkan seperti  foto  suasana di Eropa(he...he...he...belum pernah kesana).Kalau tiap kota Indonesia punya pendestarian seperti ini,saya yakin wisatawan luar bisa menambah  kunjungannya.Bukan hanya Pulau Bali saja yang menjadi idola  wisata di Indonesia dan kebanjiran dolar.


bangku taman di sepanjang Malioboro.


duduk di depan Mall Malioboro

Rupanya selain menghilangkan parkiran di sisi Timur Malioboro,yang barat difungsikan tempat mangkal Delman dan Becak.Jadi bagi yang malas jalan kaki dan tujuannya ke pasar Beringharjo bisa naik Becak.Kebijakan yang multi fungsi memperindah jalur Malioboro jufa memperdayakan transpotasi tradisional.Dan bagusnya mereka berseragam dan mangkal secara tertib.

Pedagang di sisi barat masih seperti dulu berjualan berhadapan dengan toko-toko modern.Tak ada persaingan karena mereka berjualan dengan konsumen yang berbeda.Sungguh indah kalau melihatnya mereka berbagi rejeki sesama pedagang.

andong dan becak Malioboro menunggu penumpang.

penjual makanan dan suvenir.

Jogjakarta sebagai tujuan wisata utama sesudah Bali sudah selayaknya berbenah disegala bidang.Salah satunya mempercantik Malioboro yang merupakan Ikon kota.Dan berharap masyarakat khususnya warga Jogja bisa menjaga jangan merusak dan usil menulusi  bangku-bangku taman.


Jogja,11-03-2017.