Kota Tegal di Jawa Tengah semua orang tahu berhubungan dengan Warteg dan Martabak.Di Jabodetabek kita dengan mudah menemui penjual Martabak Manis maupun Telor di jalanan utama.Sebaliknya Warteg hampir ada di sepanjang jalan,bahkan masuk perkampungan.Sebagian besar bahkan buka 24 jam atau dinihari tergantung ramai tidaknya tempat bersangkutan.
Tetapi bukan 2 hal diatas saja menjadi profesi warga Tegal yang merantau ke Jakarta(jabodatebek).Ada sebagian buka warung tenda nasi goreng,kerja informal seperti yang dilakukan Bapak satu ini.Menurut penuturanya Ia mulai pergi ke Ibu Kota pada tahun 1990.Bukan buka Warteg maupun jualan Martabak tapi ikut kerja Menjahit sesuai kebisannya waktu masih tinggal di Bojong,Tegal.
Waktu pertama kali Pak Abdul Muthalib(58 tahun) ikut penjahit di pasar Tanah Abang.Sampai sekitar 3- 4 tahunan bekerja.Tapi akhirnya pindah ganti bos di daerah Cempaka Putih.Pada tahun 1996 ada temannya mengajak ke Batam masih berhubungan pekerjaan menjahit. Tugasnya memperbaiki jahitan yang kurang sempurna,kurang rapi di sebuah konveksi.Upahnya di hitung perpotong dan menurutnya cukup lumayan penghasilannya.
Rupanya Batam bukan jodohnya,biarpun lumayan penghasilannya merasa tidak cocok dengan iklimnya, katanya sangat panas.Selain itu biaya hidup juga lumayan tingggi.Dan terpaksa pulang lagi ke Jabodetabek yang mungkin di gariskan tempat paling cocok mencari penghidupan.
Akhirnya Pak Abdul ikut konveksi di daerah Jakarta Selatan.Tugasnya menjahit celana wanita bayarannya di hitung perpotong.Setiap hari Dia sanggup menyelesaikan sekitar 8-10.Di tempat barunya lumayan bertahan lama lebih 5 tahunan.Sayang Bos konveksi pindah haluan,bekerja ke Bidang lain,padahal usahanya lagi maju.Sebenarnya pernah Bosnya mempercayakan padanya untuk meneruskan usaha konveksinya.Tetapi lebih pilih mundur mencoba usaha sendiri menjadi Penjahit keliling.
Boleh di bilang Penjahit keliling merupakan jalan hidupnya.Selain lebih bebas,hasil lumayan,sampai sekarang (2017) kalau dihitung lebih sepuluh tahun menjalani pekerjaan ini.Sekarang tinggal di Daerah Bambon,Srengseng Sawah,Jakarta Selatan.Hebatnya dalam bekerja sudah ada jadwal kemana akan keliling tiap harinya.Seminggu bekerja selama 6 hari karena tiap Jum'at akan libur total.
Sebagai penjahit keliling cukup banyak langgananannya.Menurut penuturanya sekitar 80-100 orang yang setidaknya tiap minggu ada saja minta tolong jasanya.Untuk melayani pelanggan tidak kecewa,tiap hari akan pindah tempat.Jadi untuk ketemu harus sabar menunggu selama satu minggu.Wilayah kerjanya tidak jauh dari rumah kontrakan,sekitar Kampung Sawah sampai Gardu.Sebagai penjahit keliling, selain punya banyak pelanggan juga sangat di percaya.Sering karena banyak pelanggan yang berbarengan terpaksa harus di bawa pulang.Dan nanti pas jadwal kerjanya lewat akan di serahkan sudah selesai siap pakai.Kepercayaan pelanggan harus di pertanggung jawabkan dengan ketepatan waktu dan servis yang baik.
Seperti siang itu Pak Abdul berhenti di teras rumah penulis.Banyak langganan minta bantuan mulai memotong,vermak,pasang kancing,menjahit,ganti resleting celana,tas,pasang emblem sekolah.Sebagian membawa 4-6 potong minta jasanya.Berhubung waktu sudah sore,mau dibawa untuk dikerjakan dirumah.Dan pelanggan percaya pakainnya dibawa tanpa rasa takut ada apanya.
Ketika ditanya penghasilannya dengan diplomatis menjawab cukuplah untuk hidup sehari-hari dan sebagian di kirim istrinya di Tegal.Tapi setelah di desak akhirnya menjawab sekitar 100 -150 rb, per harinya, sialnya 80 ribuan.Cukup lumayan di tengah ekonomi kurang stabil menimpa tanah air.Dengan kerja sektor informal,punya ketrampilan,semangat kerja keras tidak akan kesuitan mencari penghidupan di Jabodetabek yang keras ini.
Pak Abdul sendiri bersyukur masih di beri kesehatan sehingga dapat menjadi penjahit keliling.Sekarang bahkan tidak perlu ngoyo lagi karena ke 2 anaknya sudah bisa mandiri.Yang sulung rupanya tidak minat menuruni Bapaknya ,wiraswasta jualan ayam Fried chicken di daerah Warung Jambu Bogor.Begitu juga anak kedua (perempuan),yang sudah memberinya 2 cucu bisnis jualan kue Donat bersama suami di Bogor .
Pak Abdul sibuk mengerjakan jahitan.
sepeda jahit keliling pak Abdul
sebagian pakain di kerjakan di rumah
Pak Abdul biasanya akan pulang setidaknya sebulan sekali untuk menjenguk istri di rumah.Selain menyerahkan hasil jerih payahnya sekedar istirahat dari rutinitas pekerjaan di Jakarta.Dan akan lebih panjang liburannya saat musim tanam maupun panen padi.Sawahnya yang bisa panen 3 kali setahun setidaknya menambah penghasilan.
Begitulah Pak Abdul penjahit keliling bercerita siang hari itu.Ditengah tangan dan kakinya bekerja dengan ramah menuturkan pengalaman hidupnya.Dari mulai menjahit ikut orang,kerja di konveksi sampai usaha sendiri jadi Penjahit keliling.Dan jelang lebaran katanya merupakan masa panennya.Banyak orang vermak dari memotong dan mengecilkan pakaian maupun Celana.
Kita tahu sekarang orang jarang menjahitkan lagi,kebanyakan beli jadi di toko maupun pasar.Dan biasanya ukurannya kurang pas ,kebesaran maupun kepanjangan jadi harus di vermak dulu.Dan musim ajaran baru seperti sekarang juga lumayan banyak ibu-ibu minta jasa padanya.Selain pakain sehari-hari paling banyak seragam sekolah juga pasang emblim.