"Piye kabare mbah...?"
"Apik..."
"Ora melu Home Turnamen...!"
"Nanggung mengko bengi Jogo malam, nonton wae..."
Percakapan itu sering saya lontarkan melihat Mbah Sugeng Sesepuh Klub Catur Pion Baja Chess Club (PBCC) hanya berdiri menonton anggota lainnya bertanding.Mengapa di katakan sesepuh,karena boleh di bilang umurnya paling tua.Menurut pengakuannya sudah masuk 70 tahun.Teman satu klubnya boleh di kata sepantaran anak-anaknya.
Sebagai pemain sudah malang melintang dari lapak ke lapak.Tapi sampai sekarang masih setia di Pion Baja.Bermain catur sudah biasa seharian tanpa kenal waktu,begitu kata teman jaman mudanya.Soal permainan mungkin masuk katagori papan tengah,kecepatan berpikirnya menurun makanya tidak mau ajak main di bawah 10 menitan.
Mbah Sugeng jam terbangnya di dunia percaturan tidak di ragukan lagi.Dulu sering nongkrong di terminal,main catur bukan sekedar menyalurkan hobi tapi mencari sedikit rejeki.Sering temannya mencarikan lawan dengan isian.Kalau menang dia dapat bagian, kalahpun tidak rugi paling pulang tidak bawa apa-apa.
Tapi sekarang Mbah Sugeng hanya bermain tidak jauh dari rumahnya.Kecintaan main catur tidak bisa di pisahkan dalam kehidupannya.Selain sebagai hiburan,melatih otak supaya tidak cepat pikun,paling utama ngumpul bersama anggota klub.
P
Sayang sekali Mbah Sugeng tidak bisa ikut secara rutin program Klub "Home Turnamen",yang diadakan sebulan sekali.Alasannya pas ada HT berbenturan kerja sebagai penjaga malam.Dengan kemampuannya saya yakin masih bisa masuk 10 besar( serie A ).
Ternyata Mbah Sugeng berasal dari Jogja satu kota dengan saya.Merasa sekampung sering ngobrol tentang Jogja,mulai sepak bola,sekatenan,sampai perkembangan Malioboro.Selain catur hobi lainnya main gitar.Lagunya mulai barat,dangdut,campursari,pop.Kalau sudah main gitar gaya mudanya muncul lagi " Penuh semangat".Apalagi kalau ada kopi pahit plus rokok kretek...main gitarnya makin jreng...jreng... Enggih to mbah.....!!!.Ciri khasnya lainnya ia selalu naik sepeda kemana-mana.Selain irit katanya sambil olah raga biar sehat.
Dan sekarang saya sudah mudik pulang kembali ke Jogja,tidak bisa ketemu dan ngobrol sama mbah Sugeng tiap hari lagi.Tapi siapa tahu ketemu lagi kalau kebetulan Mbah Sugeng mudik ke Jogja,atau sebaliknya saya datang ke Depok.
Semoga sehat mbah dan tetap semangat.Banyak seumuran dia malas keluar ngumpul anak muda,katanya merasa kurang pantas lebih baik momong cucu di rumah.Tapi mbah satu ini masih berjiwa muda bahkan bekerja menjadi Penjaga Malam di sebuah Perumahan.