Saya terlahir di Kota Gombong dan menjalani masa kanak-kanak dan Remaja di kota sebelah timurnya Karanganyar.Biarpun sering main bola kampung menyadari tubuh saya kecil kerempeng tidak cocok sebagai pemain bola.Tapi sebagai hiburan dan olah raga tak salah juga ikut bermain bola bersama teman sebaya.
Masih ingat dalam memori main bola di alun-alun Karanganyar,atau di sungai saat musim kemarau.Main tanpa sepatu(nyeker) dengan gawang bambu ukuran separo begitu juga lebar lapangannya.
Kadang mengadu dengan anak-anak kampung tetanggga sebelah.Biar lebih semangat ada taruhan(he...he...he...) tapi saat itu biar kalah bermain penuh semangat,bahkan seringkali ada kericuhan antar pemain karena lawan bermain kasar.
Masa itu sering kali menonton pertandingan sepak bola di Alun-alun.Kesebelan antar kecamatan maupun mengundang klub luar kabupaten.Biarpun level kecamatan penonton cukup ramai begitu juga penjual makanan dan mainan ikut meramaikan suasana.
Seiring perkembangan jaman sepak bola bukan hiburan dan olah raga semata tapi masuk era bisnis.PSSI sebagai induk sepak bola menyadari maka kompetisi dari kelompok umur dan level di adakan.Dan sekarang pemain bola bukan lagi hobi sudah dijadikan kerja utama.Untuk itu Kota/ Kabupaten ikut kompetisi sepak bola level 1-2 umumnya sumber daya daerahnya cukup kaya.
Lantas bagaimana dengan daerah yang kurang..?Apa mungkin mempunyai klub sepakbola berkompetisi level 1-2.Contoh di Jawa Tengah Cilacap dengan PSCS berkompetisi di level 2 tahun 2016 bahkan
juara ,jelas adanya dukungan dana yang besar.Disana banyak pabrik ,pertamina,pelabuhan, bisa membantu pembiyaan klub PSCS.
Selain dukungan pemimpin daerah, pononton,sponsor, modal dasar klub sepak bola bisa eksis mengarungi sebuah kompetisi.Kita tahu Wilayah indonesia yang luas butuh biaya saat melakoni partai tandang.Belum Stadion untuk menggelar pertandingan masih banyak belum memenuhi standart PSSI.Memang tidak mudah untuk mengelola klub sepak bola di era komersil seperti sekarang.Persija saja yang merupakan klub ibukota masih kesulitan soal satu ini.
Bagaimana nasib klub sepak bola kebanggaan kota Kebumen(Persak).?Apa hanya berkutat di liga nusantara (amatir)atau mau meningkat ke level lebih tinggi kasta 1-2.Tergantung bagaimana dukungan pemerintah daerah,manajemen juga partisipasi masyarakat pencinta bolanya.
Tapi kalaupun belum mampu ikut kompetisi level 1-2 baik dari sarana maupun prestasi ,setidaknya PERSAK tidak vakum di Liga Nusantara.Pembinaan pemain bola usia muda di galakan,cari pemain berbakat di tiap kecamatan.Tak masalah hanya bisa bermain level bawah ,setidaknya bisa memunculkan pemain muda Nasional cukup mengharumkan kota Kebumen(PERSAK) .Bisa ambil contoh pemain u-19 angkatan evan dimas pemainnya dari semua daerah yang sepak bolanya kurang di dengar.
Persak klub kota Kebumen.
Sayapun masih bermimpi PERSAK ikut berkompetisi di level 1-2,dan cukup berbangga kalau mendengar seorang pemain Nasional klub 1 berasal kota Kebumen.
Semoga mimpi jadi kenyataan....!
karanganyar,12-03-17.